Manusia adalah Anak Lingkungannya:
Refleksi Pendidikan dalam Perspektif Islam dan Modern
Dalam perjalanan hidup manusia, lingkungan memiliki peran yang sangat menentukan dalam membentuk karakter, akhlak, serta cara berpikir. Ungkapan bahwa manusia adalah anak lingkungannya bukan sekadar pepatah, tetapi sebuah kenyataan yang ditegaskan oleh Al-Qur’an, hadis Nabi, pandangan para ulama, dan juga didukung oleh temuan ilmiah modern. Sejak awal, Islam telah memandang lingkungan sebagai faktor penting dalam pendidikan. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk menjaga diri dan keluarga, sebagaimana firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6). Perintah ini menegaskan bahwa membentuk lingkungan yang baik merupakan bagian dari upaya menyelamatkan keluarga, bukan hanya dari keburukan dunia tetapi juga kerugian akhirat.
Rasulullah ﷺ pun menggambarkan betapa kuat pengaruh lingkungan terhadap perilaku seseorang. Beliau bersabda, “Seseorang tergantung agama sahabat dekatnya. Maka hendaklah kalian melihat siapa sahabatnya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Dalam hadis lain, beliau memberikan perumpamaan yang sangat jelas, yakni bahwa teman yang baik diibaratkan sebagai penjual minyak wangi, sementara teman yang buruk seperti pandai besi. Seseorang dapat memperoleh kebaikan tanpa sengaja dari teman yang baik, sebagaimana ia bisa terkena keburukan hanya karena berada dekat dengan lingkungan yang buruk. Gambaran ini memperkuat bahwa lingkungan memberikan pengaruh, bahkan tanpa kita sadari.
Para ulama juga memberikan perhatian besar terhadap aspek lingkungan. Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa hati anak bagaikan permata suci yang siap menerima ukiran apa pun yang diberikan kepadanya. Lingkungan adalah pengukir pertama yang menentukan bentuk permata tersebut, apakah menjadi indah atau justru tercemar. Ibnu Khaldun menambahkan bahwa manusia adalah makhluk yang mudah meniru. Perilaku, bahasa, dan kebiasaan anak-anak terbentuk dari apa yang mereka lihat dan alami setiap hari. Dengan demikian, membenahi lingkungan menjadi sama pentingnya dengan memberikan instruksi atau nasihat.
Ilmu pendidikan modern semakin menguatkan apa yang diajarkan Islam sejak berabad-abad lalu. Psikologi perkembangan menunjukkan bahwa sebagian besar pembentukan karakter dipengaruhi oleh lingkungan. Anak-anak belajar dengan cara mengamati, meniru, dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Bahkan suasana emosional dalam keluarga memiliki peran besar dalam menentukan perkembangan moral dan kepribadian mereka. Istilah environmental shaping menjadi bukti ilmiah bahwa karakter tidak terbentuk secara tiba-tiba, tetapi melalui pengalaman yang terus berulang dari lingkungan tempat seseorang tumbuh.
Di tengah perkembangan dunia modern yang penuh distraksi, pesantren hadir sebagai salah satu lingkungan yang tetap konsisten menjaga nilai-nilai ilmu, adab, dan spiritualitas. Pesantren bukan sekadar institusi pendidikan, tetapi sebuah ekosistem yang menciptakan suasana keseluruhan yang mendukung pembentukan karakter. Di dalamnya ada keteladanan para kiai, kedisiplinan ibadah, tradisi keilmuan yang terawat, dan pola hidup sederhana yang menumbuhkan ketangguhan mental. Prinsip yang diajarkan Imam Malik, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu,” bukan hanya slogan, tetapi hidup dalam rutinitas harian para santri. Di sanalah adab bukan sekadar teori, tetapi menjadi pengalaman nyata yang membentuk kepribadian.
Suasana pesantren yang penuh keberkahan memberikan ruang bagi anak-anak untuk tumbuh dalam ketenangan dan kedalaman spiritual yang sulit ditemukan di banyak tempat di era modern ini. Ketika dunia luar dipenuhi hiruk pikuk informasi dan budaya instan, pesantren tetap menjadi ruang yang menjaga keseimbangan antara ilmu dan akhlak. Anak-anak bukan hanya diajari cara berpikir, tetapi juga cara hidup; bukan hanya diajari menghafal, tetapi juga meresapi makna; bukan hanya diarahkan menjadi cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang beradab.
Jika manusia benar-benar anak lingkungannya, maka tugas kita adalah menata lingkungan sebagai langkah awal dalam menata masa depan. Pendidikan tidak akan berjalan efektif tanpa didukung suasana yang baik. Pesantren hadir sebagai salah satu bukti bahwa lingkungan yang tepat dapat melahirkan generasi yang kuat, berilmu, dan berakhlak mulia. Dengan menjaga nilai-nilai pesantren, kita sedang menjaga warisan peradaban Islam sekaligus menyiapkan generasi yang matang menghadapi zaman.
Semoga Allah menjadikan anak-anak kita tumbuh dalam lingkungan yang penuh kebaikan, dan semoga kita diberi kemampuan untuk terus menghadirkan suasana yang mendidik serta memberdayakan bagi generasi masa depan. Wallahu Alam
_askar_
