SEJARAH PESANTREN PERSIS 138 CIKIJING
(MTs PERSIS SINDANG)
Kata Pesantren berasal dari kata santri yang berimbuhan awal pe dan berakhiran an maka Pesantren dapat diartikan sebagai tempat yang digunakan oleh para santri sebagai tempat menimba berbagai ilmu, khususnya ilmu agama Islam. Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan tradisional, dimana hampir seluruh siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan kyai atau Asatidz /dzah yang tinggal dipesantren tersebut.
Lembaga pendidikan yang berada dinaungan Ormas Persatuan Islam (persis) hampir seluruhnya menggunakan nama Pesantren untuk semua jenjang pendidikan yang tersebar diseluruh Indonesia, Penamaan Pesantren tentunya bukan merupakan sebuah kebetulan tapi serat akan makna filosopi , walaupun tidak seluruh pesantren persis melaksanakan pembelajaran seperti layaknya pesantren tradiosonal yang ada di Indonesia, bahkan lebih cenderung mengembangkan system pendidikan modern dengan tetap menjadikan pendidikan agama sebagai mata pelajaran pokok.hal itu dilakukan agar seluruh siswa/santri yang belajar dilembaga persis bagaimanapun bentuknya akan merasa dirinya adalah santri yang mempunyai kewajiabn menuntut dan mengamalkan ilmu agama dan senantiasa menjungjung tinggi nilai-nilai berakhlakul karimah.
untuk lebih memudahkan mengenali pesantren tersebut Pimpinan Pusat Persis memberikan Nomor untuk setiap pesantren yang telah resmi didirikan diberbagai wilayah di Indonesia sehungga secara hirarki dan historis dapat ketahui mana pesantren yang baru dan mana yang memang berdiri dari awal.
Pesantren Persis 138 Cikijing, adalah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang didirikan oleh Pimpinan Cabang Persis Cikijing, bermula dari didirikannya madrasah Ibtidaiyyah/MD dan dilanjutkan dengan pengajian malam untuk sekedar belajar membaca menghafal Al-Qur’an, dan belajar praktek praktek ibadah wajib maupun sunnah. Peserta didik pada masa ini hanya diisi oleh anak-anak yang berada dilingkungan setempat, yang menjadi tokoh penting pada masa masa ini diantaranya adalah Ustadz Abdul Halim, Bapak Samhudi,Ustadz UCi Sanusi Alm,Ustadz Encang Sutarman,Kiyai Aan Zamani,Ustadz Aku Pahrudin dan tokoh tokoh local lainnya yang dengan suka rela mengajarkan anak-anak mengaji dan belajar dasar-dasar ilmu agama.
Dengan semakin berkembangnya tuntutan pendidikan , maka Pimpinan Cabang pada saat itu sekitar tahu 1990 an mencoba mendatangkan asatidz-asatidz dari luar lingkungan desa sindang, silih berganti datang dan pergi dengan telah meninggalkan jasa memberikan ilmu pengetahuan baru kepada jamaah dan lingkungan, sebutlah nama nama tersebut seperti Ustadz Eba suhaeba, Ustadz Nandi dari sukasari , Ustadz Anang Rusila dari bandung , Ustadz Holid dari kuningan dan Ustadz Ajang Supriatna dari garut yang notabene merupakan alumni-alumni dari pesantren pesantren Persis. Pola pendidikan yang tadinya hanya berupa pengajian biasa, mulai dirintis pola pendidikan Pesantren dengan mengajak anak-anak lingkungan sekitar untuk mulai belajar mondok dipesantren di temani oleh Ustadz Ajang Supriatna dan yang lainnya dengan menggunakan tempat bekas masjid Al-Furqon dan rumah rumah disekitar lingkungan yang tidak terpakai.
Minat belajar anak-anak dilingkungan jamaah persis untuk melanjutkan pendidikan kepesantren persis semakin hari semakin tinggi, akan tetapi keterbatasan ekonomi kadang menyebabkan keinginan tersebut sulit untuk diwujudkan, padahal tentunya para tokoh persis dicikijing sadar akan kebutuhan kaderisasi penerus dakwah jamiiyah menyebarkan Al_qur’an dan Sunnah kedepan. Maka mendirikan peantren secara mandiri merupakan sebuah keniscayaan guna dapat mewadahi para calon santri yang secara mayoritas terkendala biaya ketika harus masantren jauh ke luar kota. Maka pada tahun 1998 didirikanlah Pesantren Persis dengan nomor 138 dan secara resmi diresmikan oleh Pimpinan Pusat Persis. Pesantren Persis 138 Cikijing yang pada awal pendirinya dipimpin oleh Ustadz M.A Nurdin nagara kembang Cingambul, dengan dibantu dewan asatidz diantaranya Ustadz Ajang Supriatna, Ustadz Endin Hasanudin Alm, Ustadz Anang Rusila, Ustadz Holid, Ustadz Nandi, Ustadzah Euis, Ustadz Roni Setiawan, Ustad Moh. Riyadi, Ustadz Iman Rohiman dan nama-nama lainnya dengan penuh semangat merintis dan membangun Pesantren ini dari awal. Sedangkan para santri yang belajar dipesantren ini pada tingkat Tsanawiyah mulai diikuti oleh santri-santri dari luar daerah Desa Sindang, seperti Cikijing, Cidulang, Sukasari,Muktisari,nagarakembang , rawa dan daerah daerah lannya sekitar kecamatan cikijing dan cingambul walaupun dalam jumlah yang masih sedikit walaupun dengan fasilitas seadanya.
Berdirinya pesantren Persis 138 Cikijing tingkat Tsanawiyah tidak bisa dilepaskan dari jasa-jasa para tokoh persis Cikijing dengan giroh jihad jamiiyah terus menyekong keberlangsungan pesantren Persis 138 Cikijing baik berupa materi,pikiran dan tenaga dan berbagai upaya lainnya sehingga pesantren ini bias berdiri kokoh hingga saat ini.
Generasi selanjutnya, di era kepemimpinan Ustadz Ajang Supriatna sebagai Mudir Pesantren, Pesantren Persis 138 Cikijing mulai memasuki babak baru, dimana Madrasah Tsanawiyah Persis Sindang mulai mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai sebuah lembaga pendidikan resmi yang mendapatkan ijin operasional, hal iu tentunya menjadi sebuah tantangan baru bagi lembaga ini karena mulai masuk ke ranah dunia pendidikan formal dan mulai bergaul dengan lembaga- lembaga pendidikan lain baik negeri atau suwasta yang terlebih dahulu berdiri, disamping juga harus memenuhi berbagai tuntutan kedinasan pada lazimnya sebuah lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Kementrian Agama. Maka selain tuntutan harus terus eksis membangun melengkapi sarana prasarana, memperbanyak jumlah santri, pesantren juga dituntut untuk bisa mengimbangi dengan meningkatkan SDM guru yang sesuai kwalifikasi ideal sebagai guru madrasah, selain merekrut guru guru baru yang mempunyai kwalifikasi pendidikan serta giroh berjamiyyah yang tinggi, pesantren juga berusaha mendorong para asatidz lama untuk bisa melanjutkan pendidikan kejejngjang pendidikan perguruan tinggi, karena selain menjadi tuntutan juga merupakan prasarat mendapatkan hak-hak sebagai serang yang berpropesi sebagai guru dari pemerintah.
Pesantren Persis 138 Cikijing tingkat Tsanawiyah (MTs Persis Sindang), pada hari ini telah menjelma menjadi sebuah lembaga pendidikan formal yang mampu bersaing dengan lembaga atau pesantren yang lainnya, hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diraih baik prestasi akademik maupun non akademik, pesantren juga terus mengembangkan sarana prasarana guna terus dapat melayani kebutuhan kegiatan pendidikan para santri, menambah jumlah bangunan dan luas tanah.
Dari data perkembangan jumlah santri juga dapat kita saksikan mengalami peningkatan yang signipikan dan sebaran yang semakin luas, para santri bukan hanya dari daerah sekitar kecamatan cikijing akan tetapi sudah merambah keberbagai daerah bahkan keluar pulau. Pesantren juga terus mengembangkan berbagai trobosan dan inopasi inopasi pdalam program pendidikan diantaranya dengan mengembangkan pendidikan Tahsin Tahfidz bersanad, dengan terus menambah fasilitas layanan dan SDM para pengajar program tersebut.
Perjalanan masih panjang, Amanat perjuangan melanjutkan jihad dalam pendidikan dan dakwah Al-qur’an dan assunah akan selalu diperjuangkan oleh generasi-generasi selanjutnya, Alhamdulillah pada saat ini telah banyak alumni pesantren persis 138 cikijing yang mengabdikan dirinya dipesantren tempat dulu mereka belajar, dan sebagaian sudah banyak yang menyebar mengabdikan diri di berbagai lembaga pendidikan yang lain.
Wallahu a’lam
–askar–