بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
MANFA’AT SILATURAHIM
Dari Abu Hurairah ra ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan tetap dikenang baik setelah wafatnya, hendaklah dia menyambung kekerabatan. [HR. Bukhari]
PESAN HADITS
1. Silaturahim merupakan bentuk pengamalan atas perintah Allah dalam al-Qur’an. Lihat Q.S Ar-Ra’du ayat 21.
2. Ada dua pemaknaan terhadap silaturahim,
Pertama, menyambungkan hubungan kepada orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan.
Kedua, menyambungkan hubungan kepada siapapun meskipun tidak memiliki hubungan kekerabatan. Pendapat kedua ini lebih diunggulkan.
3. Silaturahim termasuk sebab paling kuat dimana dengannya Allah meluaskan rezeki penyambungnya, memberkahi keturunannya, dan memperpanjang umurnya karena amal shalih yang mereka lakukan itu, dan memberinya bekal untuk menuju kampung akhirat.
4. Kalimat وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ (ditambahkan umurnya) memiliki dua makna :
Pertama, Bertambahnya keberkahan umur, dengannya taufik dari Allah didapatkan sehingga mampu melakukan banyak keta’atan kepada Allah serta mengisi waktu-waktunya dengan segala macam aktivitas yang bermanfa’at dan lebih mendekatkannya kepada-Nya.
Kedua, tambahan umur di sini dipahami apa adanya. Dan ketika dimaknai yang kedua ini, maka sama sekali tidak bertentangan dengan penetapan ajal setiap orang di Lauh mahfuzh. Mudahnya, misal jika si Fulan menyambung silaturahim maka usianya 60 thn. Jika tidak maka usianya 30 thn. Dan Allah Maha Mengetahui mana yang akan tejadi. Sehingga tambahan umur ini pun tetap masih dalam ketetapan Allah Azza wa Jalla. (Lihat Q.S ar-Ra’du ayat 39)
5. Ibnu Qayyim berkata, bahwa masa hidup seorang hamba sepanjang umurnya adalah hanya disaat hatinya menghadap Allah, senantiasa mengingat dan menaati-Nya serta menjauhkan dirinya dari perbuatan maksiat. Inilah umur dan kehidupan yang sebenarnya.
Artinya bila semasa hidupnya banyak lupa kepada Allah, maka hakikatnya umur orang tersebut sangat pendek. Bahkan Allah telah menyatakan “Mati” kepada orang-orang kafir yang “masih hidup”, dikarenakan hati mereka lupa kepada Allah.
6.Hadits ini juga mengajarkan tentang sebab akibat. Kebahagian yang merupakan akibat adalah perkara yang bisa terwujud dengan adanya sebab. Artinya bila ingin dilapangkan rezeki dan diperpanjang umur, maka hendaknya melaksanakan silaturahim.
7. Balasan atas amal shaleh tidak hanya di akhirat, namun juga ada balasan dari amal shaleh yang Allah berikan di dunia. dan ini adalah kabar gembira yang didahulukan bagi orang-orang beriman.
8. Seorang muslim hendaknya ketika meninggal maka dikenang kebaikannya, bahkan kebaikan tersebut dikuti dan diteruskan oleh keturunannya, sehingga orang tersebut akan mendapatkan akumulasi pahala yang begitu sangat banyak (pahala jariyah). Hal ini sebagaimana Do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam :
وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الآخِرِينَ (٨٤)
Dan Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) Kemudian. [Q.S Asy-Syu’ara ayat 84]
وَالله أَعْلَمُ
Referensi :
Ibanatul Ahkam / Abu Abdullah bin Abd al-Salam ‘Allusy
Subulussalam / Muhammad bin Isma’il Ash-Shan’any
Taudihul Ahkam / Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam
Oleh : Yahya Firmansyah, M.Pd.
Staf Pengajar PPI 138 Cikijing