Menurut bahasa, Ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan menurut istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Ilustrasi Ibnu Qayyim sangat menarik tentang ikhlas, beliau berkata:

“Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.”

Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab nya Nashoihul Ibad membagi ikhlas menjadi tiga tingkatan:

أعلى مراتب الاخلاص تصفية العمل عن ملاحظة الخلق بأن لا يريد بعبادته الا امتثال أمر الله والقيام بحق العبودية دون اقبال الناس عليه بالمحبة والثناء والمال ونحو ذلك

Artinya: “Tingkatan ikhlas yang paling tinggi adalah membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk (manusia) di mana tidak ada yang diinginkan dengan ibadahnya selain menuruti perintah Allah dan melakukan hak penghambaan, bukan mencari perhatian manusia berupa kecintaan, pujian, harta dan sebagainya.”

والمرتبة الثانية أن يعمل لله ليعطيه الحظوظ الأخروية كالبعاد عن النار وادخاله الجنة وتنعيمه بأنواع ملاذها

Artinya: “Tingkat keikhlasan yang kedua adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian-bagian akhirat seperti dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga dan menikmati berbagai macam kelezatannya.”

والمرتبة الثالثة أن يعمل لله ليعطيه حظا دنيويا كتوسعة الرزق ودفع المؤذيات

Artinya: Tingkatan ketiga adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian bagian dunia seperti keluasan rejeki dan terhindar dari gangguan gangguan. ( aspri )

Syaikh Ahmad Ibnu ‘Athaillah dalam kitab nya Al-Hikam mengatakan:

تنوعت اجناس الاعمال لتنوع واردات الاخوال
الاعمال صوار قائمة وارواحها سر الاخلاص فيها

“Beraneka ragam jenis jenis amal yang kelihatan itu karena bermacam-macam keadaan yang datang di dalam hati seseorang.

Bermacam-macam amal yang kelihatan itu merupakan kerangka yang tegak, sedangkan ruhnya adalah wujudnya rahasia ikhlas yang terdapat di dalamnya.

Ada yang senang berpuasa, ada yang senang menuntut ilmu, ada yang senang membaca Alqur’an.

Semua itu lantaran bermacam-macam nya keadaan yang datang di dalam hati setiap orang.

Ketahuilah bahwa amal yang kelihatan ini dimisalkan seperti rangka yang tidak bermanfaat. Rangka itu dapat bermanfaat kalau memang ada ruhnya.

 

Selanjutnya beliau mengatakan: Keikhlasan itu berbeda beda menurut tingkatan orangnya :

1. Keikhlasan ibad (para hamba Allah) terbatas pada keselamatan amal mereka dari penyakit riya baik yang nyata maupun tersamar; dan dari unsur nafsu mereka.

Kelompok ibad atau abidin beribadah atau beramal sesuatu semata lillahi ta’āla atau karena Allah dengan mengharapkan ganjaran pahala dan berharap selamat dari siksa neraka.

2. Keikhlasan muhibbin (para pecinta Allah) berupa amal atau ibadah lillahi ta’āla atau karena Allah seraya mengagungkan dan membesarkan-Nya karena memang Allah berhak atas keagungan dan kebesaran tersebut.

3. Keikhlasan arifin (ahli makrifat) dalam beribadah berupa kesaksian mereka atas keesaan Allah dalam menggerakkan dan meredakan perilaku mereka. Mereka tidak melihat kekuatan dan daya pada diri mereka.

Dalam cara pandang mereka, ibadah yang mereka lakukan dapat terlaksana karena billah atau sebab kekuatan Allah, bukan karena kekuatan dan daya dalam diri mereka.

Di akhir pembahasan beliau mengatakan, Ikhlas itu wajib, Maka dari itu setiap orang yang beramal harus menggunakan salah satu dari tiga tingkatan ikhlas. ( aspri )

Wallahu’alam bishowab

 

 

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *